Monday, April 03, 2006

Menahan Amarah



Oleh : Endi Syarifudin


Amarah adalah satu naluri alamiah yang melekat pada manusia. Ia tidak bisa dihilangkan atau dipisahkan dari manusia. Selama manusia hidup, selama itu pula amarah akan menemaninya.

''Dan bersegeralah kamu menuju ampunan Tuhanmu dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi, disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang menginfakkan hartanya, baik di waktu lapang atau sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.'' (QS Ali-Imran: 133-134).

Allah SWT menetapkan amarah untuk menjadi satu alat uji ketakwaan dan keimanan manusia selama hidupnya. Manusia yang tak sanggup menahan amarahnya adalah manusia yang belum mampu menegakkan bingkai ketakwaannya.

Manusia yang terbakar amarah akan melakukan tindakan-tindakan di luar kewajaran dan nalar yang sehat. Saat amarah merasuk ke dalam pikirannya, tidak ada lagi ruang untuk membedakan mana hal yang baik atau jelek. Padahal, Allah SWT menjanjikan pahala yang tak ternilai di hari akhir nanti bagi manusia yang mampu menahan amarahnya.

''Siapa yang menahan marah, padahal ia dapat memuaskan pelampiasannya, maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan semua makhluk. Kemudian, disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya.'' (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

Tutur kata yang lembut, sikap yang tenang, dan tindakan yang bijaksana, saat amarah datang memang sulit diwujudkan. Namun, bukan berarti tidak bisa dilatih dan dipelajari cara-cara untuk meredam amarah.

Salah satunya kita bisa belajar dari perilaku Muhammad SAW, teladan umat manusia. Selama hidupnya, beliau tidak pernah bertindak kasar. Tutur katanya lembut karena berusaha menjaga perasaan orang lain.

Rasulullah SAW juga manusia sama seperti kita. Karena punya hati dan pikiran, sesekali beliau juga marah. Namun, kemarahannya tidak melampaui batas-batas kemuliaan sebagai seorang Rasul Allah. Marahnya Rasulullah SAW dalam rangka menegakkan tiang-tiang agama dan memuliakan ajaran-ajaran Ilahi.

Dalam menjalani hidup ini, berbagai masalah menghampiri tiap hari. Akibatnya, tak sedikit yang akhirnya akrab dengan kemarahan. Padahal, berbagai masalah yang ada merupakan ujian bagi yang beriman.

Sepasang suami istri yang telah dirasuki amarah akan menciptakan kesemrawutan rumah tangga. Yang ada hanya percekcokan, jauh dari kriteria rumah tangga sakinah.

''Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.'' (QS Al-A'raf: 42).


Sumber: Hikmah Republika

3 comments:

Anonymous said...

TFS ^^

Anonymous said...

Ass.
Menahan amarah bukanlah suatu hal yang mudah, tapi kita bisa memulainya dari sekarang agar terbentuk pribadi yang sabar.
Wass.

Nita said...

amarah itu wajar, tapi klo berlebihan ya berbahaya.. amarah klo disimpan dalam hati terus ya bakal bikin stres diri sendiri, ada baiknya sekali2 dikeluarkan tapi gak berlebihan..

-- visit http://m.rujakasik.com --